Penjelasan Tentang Service Level Agreement yang Harus Kalian Ketahui 

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, menjaga kualitas layanan menjadi salah satu prioritas utama. Salah satu cara untuk memastikan standar layanan tetap terjaga adalah dengan menggunakan Service Level Agreement (SLA). 

SLA bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk menetapkan ekspektasi, tetapi juga sebagai landasan untuk membangun hubungan yang transparan antara penyedia layanan dan klien. 

Artikel ini akan membantu Anda mendapatkan informasi lengkap mengenai SLA (Service Level Agreement), sebuah konsep yang sangat penting dalam menjalin hubungan yang efektif antara penyedia layanan dan pelanggan. 

Dengan memahami elemen-elemen utama dalam SLA, Anda dapat memastikan bahwa semua pihak terlibat memiliki ekspektasi yang jelas dan terukur, yang pada gilirannya akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan efisiensi operasional.

CRM

Daftar Isi

    Apa itu Service Level Agreement (SLA)?

    service level agreement

    Service Level Agreement adalah kontrak yang mengatur kesepakatan antara penyedia layanan dan klien terkait kualitas layanan yang akan diberikan. 

    SLA mendefinisikan standar-standar yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan, termasuk waktu respon, tingkat ketersediaan, serta kinerja yang diharapkan selama periode kontrak. 

    Tujuan utama SLA adalah untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan memenuhi harapan klien dan memberikan kejelasan mengenai tanggung jawab kedua belah pihak.

    Dalam SLA, biasanya juga terdapat mekanisme pemantauan dan pelaporan kinerja, serta penalti atau kompensasi jika standar yang telah disepakati tidak tercapai. SLA sering digunakan dalam berbagai sektor, seperti IT, telekomunikasi, dan layanan pelanggan, untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam hubungan antara penyedia layanan dan pengguna.

    Elemen Umum yang ada di Dalam Service Level Agreement (SLA)

    service level agreement

    Dalam sebuah Service Level Agreement (SLA), terdapat beberapa elemen penting yang perlu dicantumkan untuk memastikan kedua belah pihak, baik penyedia layanan maupun pelanggan, memiliki pemahaman yang jelas tentang hak dan kewajiban mereka. 

    Elemen-elemen ini berfungsi sebagai pedoman untuk memastikan layanan yang diberikan memenuhi standar yang disepakati dan memberikan kejelasan mengenai konsekuensi jika standar tersebut tidak tercapai. Berikut adalah elemen-elemen umum yang biasanya ditemukan dalam SLA:

    1. Deskripsi Layanan
      Elemen pertama yang harus dijelaskan dalam SLA adalah rincian mengenai layanan yang akan diberikan. 

    Ini mencakup deskripsi tentang jenis layanan, fitur-fitur yang termasuk, serta cara penyampaian layanan tersebut.

    1. Tingkat Layanan yang Diharapkan (Service Levels)
      SLA harus mencakup target yang jelas mengenai kinerja layanan, seperti waktu respons, waktu pemulihan dari gangguan, dan tingkat ketersediaan sistem. 

    Ini biasanya dijelaskan dalam bentuk angka atau persentase untuk memberikan pengukuran yang objektif.

    1. Pengukuran Kinerja
      SLA harus mencantumkan metrik atau indikator kinerja utama (KPI) yang digunakan untuk menilai apakah tingkat layanan telah dipenuhi. 

    Ini bisa mencakup waktu uptime, kecepatan pemrosesan data, atau waktu respons terhadap permintaan pelanggan.

    1. Waktu Respons dan Waktu Pemulihan
      Waktu respons mengacu pada berapa lama penyedia layanan akan merespons masalah atau permintaan dari pelanggan, sedangkan waktu pemulihan mengacu pada berapa lama layanan akan kembali normal setelah terjadi gangguan. 

    Elemen ini penting untuk memastikan gangguan dapat ditangani dengan cepat.

    1. Konsekuensi Jika Tidak Memenuhi Standar Layanan
      SLA harus menjelaskan apa yang akan terjadi jika penyedia layanan tidak memenuhi standar yang disepakati, misalnya pemberian kompensasi kepada pelanggan atau pengembalian dana. 

    Hal ini memberikan insentif bagi penyedia layanan untuk selalu memenuhi komitmennya.

    1. Durasi dan Pembaruan SLA
      SLA harus mencantumkan durasi kesepakatan tersebut, apakah itu berlaku untuk periode tertentu atau berkelanjutan. 

    Selain itu, SLA juga harus menyebutkan prosedur untuk memperbarui atau meninjau kembali kesepakatan jika ada perubahan dalam layanan atau kebutuhan pelanggan.

    1. Hak dan Kewajiban Masing-Masing Pihak
      Selain mencantumkan layanan yang diberikan, SLA juga harus menyebutkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. 

    Ini mencakup tanggung jawab pelanggan untuk memberikan informasi yang diperlukan, serta kewajiban penyedia layanan dalam hal pemeliharaan dan dukungan.

    1. Syarat dan Ketentuan Pemutusan Layanan
      Setiap SLA harus memiliki bagian yang menjelaskan kondisi yang memungkinkan pemutusan hubungan kerja sama, baik oleh penyedia layanan maupun oleh pelanggan. 

    Hal ini mencakup prosedur dan ketentuan yang berlaku jika salah satu pihak memutuskan untuk menghentikan layanan.

    Dengan adanya elemen-elemen ini, SLA tidak hanya berfungsi sebagai kesepakatan yang jelas antara penyedia layanan dan pelanggan, tetapi juga sebagai alat untuk mengatur ekspektasi dan memastikan transparansi dalam hubungan kerja sama.

    Jenis-Jenis Service Level Agreement (SLA)

    service level agreement

    Terdapat beberapa jenis SLA Service Level Agreement yang digunakan oleh penyedia layanan, dan setiap jenis memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengatur ekspektasi antara penyedia layanan dan pelanggan. 

    Memahami perbedaan jenis-jenis SLA ini penting untuk memilih model yang paling sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik layanan yang diberikan. Secara umum, ada tiga jenis SLA yang banyak digunakan. Jenis tersebut akan dijelaskan di bawah ini: 

    1. Customer-Based SLA
      SLA jenis ini dibuat berdasarkan kebutuhan dan persyaratan pelanggan tertentu. Dalam customer-based SLA, penyedia layanan menyusun kesepakatan yang spesifik untuk satu pelanggan, yang dapat mencakup layanan, tingkat kinerja, dan metrik yang sesuai dengan harapan dan tujuan pelanggan tersebut.

    SLA ini cocok digunakan ketika penyedia layanan bekerja dengan pelanggan yang memiliki kebutuhan unik atau layanan yang disesuaikan.

    1. Service-Based SLA
      Berbeda dengan customer-based SLA, service-based SLA berfokus pada layanan yang diberikan, bukan pada pelanggan tertentu. 

    Dengan SLA ini, penyedia layanan menetapkan standar kinerja untuk layanan yang sama yang diberikan kepada semua pelanggan, tanpa membedakan kebutuhan spesifik masing-masing. 

    Contohnya ketika sebuah perusahaan penyedia layanan cloud mungkin menawarkan SLA yang sama untuk semua pelanggan yang menggunakan layanan penyimpanan data mereka, terlepas dari skala atau jenis pengguna.

    1. Multi-Level SLA
      SLA jenis ini lebih kompleks dan digunakan dalam situasi di mana layanan mencakup berbagai tingkat atau kategori pelanggan. Multi-level SLA menggabungkan elemen dari customer-based dan service-based SLA. 

    Biasanya, SLA ini dibagi menjadi beberapa tingkatan atau level, seperti level yang lebih umum untuk semua pelanggan, level yang lebih spesifik untuk kelompok pelanggan tertentu, dan level yang disesuaikan untuk kebutuhan spesifik pelanggan individual. 

    Model ini sangat berguna untuk organisasi yang menawarkan berbagai layanan dengan tingkat kompleksitas yang berbeda kepada berbagai jenis pelanggan.

    Selain tiga jenis SLA yang utama tersebut, ada beberapa tambahan yang bisa ditemukan dalam praktik, seperti Internal SLA yang mengatur level layanan antara departemen atau tim di dalam organisasi, dan Vendor SLA yang melibatkan kesepakatan dengan pihak ketiga dalam rantai pasokan layanan.

    Memilih jenis SLA yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa ekspektasi pelanggan dapat dipenuhi dengan cara yang efisien dan sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Setiap jenis SLA memiliki keunggulan tersendiri tergantung pada kompleksitas layanan dan kebutuhan spesifik pelanggan.

    Manfaat Service Level Agreement Bagi Perusahaan

    service level agreement

    Service Level Agreement (SLA) memiliki berbagai manfaat penting bagi perusahaan, baik itu penyedia layanan maupun pelanggan. SLA tidak hanya membantu dalam menetapkan ekspektasi yang jelas mengenai kinerja layanan, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengelola hubungan bisnis dengan lebih baik. 

    Dengan adanya SLA, perusahaan dapat meminimalkan risiko, meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan memastikan bahwa tujuan operasional tercapai secara efektif. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penerapan SLA bagi perusahaan:

    1. Memastikan Kinerja yang Konsisten
      Dengan adanya SLA, perusahaan dapat memastikan bahwa layanan yang diberikan selalu memenuhi standar yang telah disepakati. 

    Ini membantu dalam menjaga kualitas layanan dan mencegah terjadinya penurunan kinerja yang tidak terkontrol, yang dapat merugikan reputasi perusahaan.

    1. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan
      SLA memberikan pelanggan jaminan bahwa mereka akan menerima layanan sesuai dengan tingkat yang disepakati.

    Kejelasan mengenai tanggung jawab dan waktu respon dalam SLA juga dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan mereka.

    1. Mengurangi Risiko Perselisihan
      Dengan mendefinisikan secara jelas hak dan kewajiban kedua belah pihak, SLA dapat mengurangi potensi perselisihan antara penyedia layanan dan pelanggan. 

    Adanya aturan yang jelas mengenai penyelesaian masalah dan konsekuensi apabila standar tidak dipenuhi, membantu kedua belah pihak untuk lebih mudah mengatasi situasi yang tidak diinginkan.

    1. Peningkatan Pengelolaan Kinerja Internal
      SLA membantu perusahaan untuk fokus pada tujuan kinerja yang spesifik dan terukur, baik dalam konteks operasional internal maupun dalam berinteraksi dengan pelanggan. 

    Ini memungkinkan perusahaan untuk lebih mudah mengevaluasi kinerja dan membuat perbaikan jika diperlukan.

    1. Transparansi dalam Proses Layanan
      Dengan adanya SLA, perusahaan dapat memastikan transparansi dalam bagaimana layanan disampaikan. 

    Semua pihak yang terlibat dapat memahami dengan jelas apa yang diharapkan dari mereka, kapan layanan akan diberikan, dan dalam kondisi seperti apa suatu layanan dapat dikatakan gagal.

    1. Pemantauan dan Peningkatan Layanan
      SLA menyediakan dasar yang jelas untuk pemantauan kinerja layanan. Ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan evaluasi rutin terhadap penyampaian layanan dan mengidentifikasi area yang membutuhkan peningkatan. 

    Dengan demikian, perusahaan dapat secara proaktif meningkatkan layanan mereka agar tetap relevan dan memuaskan pelanggan.

    1. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
      Ketika perusahaan dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar yang tercantum dalam SLA, pelanggan cenderung merasa puas dan lebih loyal.

    SLA yang dipenuhi dengan baik menciptakan hubungan yang saling menguntungkan, yang berdampak pada peningkatan retensi pelanggan.

    1. Memfasilitasi Pemecahan Masalah dengan Cepat
      Dalam hal terjadi gangguan atau masalah, SLA memberikan pedoman yang jelas mengenai waktu respons dan waktu pemulihan. 

    Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menangani masalah lebih cepat, meminimalkan dampak negatif terhadap pelanggan, dan menjaga kelancaran operasional.

    Dengan berbagai manfaat ini, SLA menjadi alat penting dalam menjaga hubungan yang sehat antara penyedia layanan dan pelanggan. Pengelolaan yang tepat atas SLA dapat membawa perusahaan menuju kesuksesan jangka panjang, dengan layanan yang lebih baik dan pelanggan yang lebih puas.

    Metrik Umum yang ada di Service Level Agreement (SLA)

    service level agreement

    Dalam Service Level Agreement (SLA), metrik adalah indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur dan menilai seberapa baik layanan yang diberikan oleh penyedia layanan. 

    Metrik ini penting untuk memastikan bahwa penyedia layanan memenuhi ekspektasi pelanggan dan bahwa standar layanan yang telah disepakati dapat dipantau dan dievaluasi dengan jelas. 

    Berbagai jenis metrik digunakan dalam SLA, tergantung pada jenis layanan yang disediakan dan kebutuhan pelanggan. Berikut adalah beberapa metrik umum yang sering ditemukan dalam SLA:

    1. Waktu Uptime (Uptime)
      Uptime mengacu pada waktu di mana layanan atau sistem berfungsi tanpa gangguan. Metrik ini biasanya dihitung dalam persentase, dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan ketersediaan layanan yang lebih baik. 

    Misalnya, SLA dapat menyatakan bahwa layanan harus memiliki waktu uptime 99,9%, yang berarti layanan hanya boleh mengalami downtime kurang dari 0,1% dalam periode tertentu.

    1. Waktu Respons (Response Time)
      Waktu respons mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh penyedia layanan untuk merespons permintaan atau masalah yang diajukan oleh pelanggan. 

    Metrik ini sangat penting dalam layanan pelanggan, dukungan teknis, atau layanan darurat, di mana pelanggan menginginkan respons yang cepat terhadap masalah yang muncul.

    1. Waktu Pemulihan (Recovery Time)
      Recovery time adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan layanan ke kondisi normal setelah gangguan atau kegagalan terjadi. 

    Ini mengukur seberapa cepat penyedia layanan dapat memperbaiki masalah dan meminimalkan dampak negatif terhadap pelanggan. 

    Metrik ini sangat penting dalam layanan yang memerlukan tingkat ketersediaan yang tinggi, seperti sistem IT atau layanan cloud.

    1. Tingkat Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
      Metrik ini mengukur kepuasan pelanggan terhadap layanan yang diterima. Biasanya diukur melalui survei atau umpan balik langsung dari pelanggan, dan hasilnya digunakan untuk mengevaluasi kualitas layanan serta untuk mengidentifikasi area yang perlu perbaikan. 

    Metrik ini sering digunakan dalam layanan pelanggan atau dukungan teknis.

    1. Tingkat Penyelesaian Masalah pada Pertama Kalinya (First Call Resolution)
      Metrik ini mengukur seberapa sering masalah pelanggan diselesaikan pada contact management pertama tanpa memerlukan tindak lanjut lebih lanjut. 

    Metrik ini sangat berguna untuk menilai efisiensi tim dukungan pelanggan dan kualitas layanan yang diberikan.

    1. Tingkat Eskalasi (Escalation Rate)
      Eskalasi mengacu pada berapa kali masalah yang dilaporkan oleh pelanggan harus dinaikkan ke level yang lebih tinggi atau ke manajer yang lebih berkompeten karena tidak dapat diselesaikan di tingkat pertama. 

    Metrik ini penting untuk mengevaluasi efektivitas dan keahlian tim dukungan layanan dalam menangani masalah.

    1. Volume Permintaan (Request Volume)
      Metrik ini mengukur jumlah permintaan atau tiket yang diterima dalam periode tertentu. Pemantauan volume permintaan membantu penyedia layanan untuk mengidentifikasi tren atau pola, yang memungkinkan mereka untuk merencanakan sumber daya dan kapasitas layanan dengan lebih baik.
    2. Tingkat Keberhasilan Resolusi Masalah (Resolution Rate)
      Metrik ini mengukur persentase masalah yang berhasil diselesaikan oleh tim dukungan atau penyedia layanan dalam periode waktu tertentu. 

    Semakin tinggi tingkat keberhasilan ini, semakin baik kinerja tim dalam menyelesaikan masalah pelanggan dengan efektif.

    1. Kepatuhan terhadap SLA (SLA Compliance)
      Metrik ini mengukur sejauh mana penyedia layanan mematuhi komitmen yang tercantum dalam SLA. Misalnya, apakah waktu respons atau waktu pemulihan yang disepakati dapat dipenuhi secara konsisten. 

    Metrik ini penting untuk menilai keberhasilan penyedia layanan dalam memenuhi ekspektasi pelanggan dan menjalankan kewajiban mereka.

    Dengan menggunakan metrik-metrik ini, perusahaan dapat secara objektif mengevaluasi seberapa baik layanan mereka disampaikan dan mengidentifikasi area yang perlu perbaikan. Metrik juga memberikan dasar yang jelas untuk pemantauan dan pengambilan keputusan yang lebih baik, serta untuk memperkuat hubungan antara penyedia layanan dan pelanggan.

    Faktor Apa Saja yang Harus Dipertimbangkan Saat Menetapkan Metrik SLA

    service level agreement

    Menetapkan metrik dalam Service Level Agreement (SLA) memerlukan pertimbangan yang cermat agar dapat memastikan kesepakatan yang adil dan efektif untuk semua pihak yang terlibat. 

    Metrik yang dipilih harus relevan dengan jenis layanan yang diberikan dan dapat diukur dengan cara yang objektif. 

    Dalam menentukan metrik SLA, ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan untuk memastikan bahwa SLA dapat berjalan dengan baik dan memenuhi ekspektasi pelanggan. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat menetapkan metrik dalam SLA:

    1. Jenis Layanan yang Diberikan
      Metrik yang ditetapkan harus relevan dengan jenis layanan yang diberikan. Misalnya, dalam layanan IT, metrik seperti waktu uptime dan waktu pemulihan sistem lebih penting, sementara dalam layanan pelanggan, waktu respons dan tingkat kepuasan pelanggan mungkin lebih utama.
    2. Kebutuhan dan Ekspektasi Pelanggan
      Penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan harapan pelanggan saat menetapkan metrik SLA. Pelanggan yang mengandalkan layanan dengan tingkat ketersediaan yang tinggi, seperti layanan cloud atau hosting, akan mengharapkan waktu uptime yang sangat baik.
    3. Kemampuan dan Kapasitas Penyedia Layanan
      Metrik yang ditetapkan harus realistis dan dapat dicapai sesuai dengan kapasitas dan sumber daya yang tersedia. 

    Penyedia layanan perlu menilai dengan jujur apakah mereka dapat memenuhi standar yang ditetapkan tanpa membebani operasional mereka. Metrik yang tidak dapat dicapai hanya akan menurunkan kredibilitas penyedia layanan.

    1. Standar Industri dan Praktik Terbaik
      Menetapkan metrik yang sejalan dengan standar industri dan praktik terbaik akan memberikan panduan yang lebih jelas dalam merancang SLA. Hal ini juga memastikan bahwa layanan yang diberikan kompetitif dan sesuai dengan ekspektasi pasar. 

    Penyedia layanan perlu mengetahui metrik umum yang diterapkan dalam industri mereka untuk memastikan kesesuaian.

    1. Metrik yang Dapat Diukur dan Tindak Lanjut yang Jelas
      Agar metrik SLA dapat diterapkan dengan efektif, mereka harus mudah diukur dan memiliki parameter yang jelas. Ini akan memudahkan dalam pemantauan dan evaluasi kinerja. 

    Selain itu, setiap metrik juga harus disertai dengan prosedur tindak lanjut yang jelas jika standar layanan tidak tercapai, seperti pemberian kompensasi atau perbaikan layanan.

    1. Dampak terhadap Bisnis dan Operasional
      Beberapa metrik dapat memiliki dampak langsung terhadap operasional atau keuntungan perusahaan. Misalnya, waktu respons yang lebih lambat dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dan merusak reputasi merek. 

    Oleh karena itu, penting untuk memilih metrik yang tidak hanya mengukur kinerja, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap kelancaran operasional dan kesuksesan bisnis.

    1. Fleksibilitas untuk Perubahan
      Metrik SLA perlu dirancang dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan di masa depan, seperti perubahan teknologi, kebutuhan pelanggan, atau kapasitas penyedia layanan. 

    Fleksibilitas dalam SLA memungkinkan penyesuaian metrik sesuai dengan dinamika pasar atau perkembangan bisnis yang berubah.

    1. Keberlanjutan dan Pemantauan Jangka Panjang
      Metrik SLA harus dapat dipantau secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa standar layanan tetap dipenuhi dalam jangka panjang. 

    Penyedia layanan perlu memiliki alat dan sistem yang dapat memantau kinerja secara real-time, serta mekanisme untuk mengevaluasi kinerja secara periodik, agar dapat melakukan penyesuaian jika diperlukan.

    Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, perusahaan dapat menetapkan metrik SLA yang realistis, relevan, dan dapat diukur, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan. 

    Metrik yang tepat tidak hanya akan meningkatkan hubungan dengan pelanggan, tetapi juga membantu penyedia layanan untuk terus meningkatkan operasional mereka.

    Bagaimana Cara Klien Memantau Performa Vendor Terhadap SLA

    service level agreement

    Memantau kinerja vendor terhadap Service Level Agreement (SLA) adalah langkah penting bagi klien untuk memastikan bahwa penyedia layanan memenuhi standar yang telah disepakati. Menggunakan SaaS bisa menjadi salah satu cara.

    Proses pemantauan ini tidak hanya membantu dalam menilai kinerja vendor secara objektif, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mengambil tindakan korektif jika diperlukan. 

    Klien perlu menggunakan pendekatan yang terstruktur dan alat yang tepat untuk melacak metrik-metrik SLA dan memastikan bahwa semua persyaratan dipenuhi. Berikut adalah beberapa cara yang umum digunakan klien untuk memantau performa vendor terhadap SLA:

    1. Pemantauan Kinerja Secara Real-Time
      Menggunakan sistem pemantauan yang dapat memberikan data secara langsung mengenai metrik SLA, seperti uptime dan waktu respons. 

    Hal ini memungkinkan klien untuk segera mengetahui jika ada masalah dan mengidentifikasi penyebabnya dengan cepat.

    1. Pelaporan Berkala dan Audit Kinerja
      Vendor sering kali diwajibkan untuk memberikan laporan rutin tentang kinerja mereka, yang mencakup evaluasi terhadap metrik SLA yang telah disepakati. 

    Laporan ini bisa diikuti dengan audit independen untuk memastikan bahwa data yang diberikan akurat dan transparan.

    1. Menggunakan Dashboard SLA
      Menggunakan alat berbasis dashboard yang memungkinkan klien untuk melacak semua metrik SLA dalam satu platform. 

    Dashboard ini menyediakan visualisasi yang jelas dan mudah dipahami tentang kinerja layanan secara keseluruhan.

    1. Survei Kepuasan Pelanggan
      Melakukan survei secara berkala kepada pengguna layanan atau pelanggan internal untuk mendapatkan umpan balik langsung mengenai kepuasan mereka terhadap layanan yang diberikan. Ini memberikan perspektif tambahan mengenai seberapa baik vendor memenuhi ekspektasi pelanggan.
    2. Penyelesaian Masalah dan Tindak Lanjut
      Memonitor bagaimana vendor menanggapi dan menyelesaikan masalah yang muncul. Pemantauan ini mencakup waktu respons, waktu pemulihan, dan bagaimana mereka menangani eskalasi masalah yang terjadi.
    3. Evaluasi Kinerja terhadap Target SLA
      Secara berkala mengevaluasi apakah vendor telah memenuhi target yang tercantum dalam SLA, seperti waktu downtime maksimal atau tingkat kepuasan pelanggan. 

    Evaluasi ini membantu klien untuk menilai apakah vendor beroperasi sesuai dengan kesepakatan.

    Dengan menggunakan metode ini, klien dapat memastikan bahwa vendor bertanggung jawab atas layanan yang diberikan dan memenuhi ekspektasi yang sudah disepakati. 

    Pemantauan yang efektif juga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat jika perlu ada perubahan dalam kesepakatan atau layanan.

    Penalti Apa yang Dapat Dikenakan Oleh Penyedia Layanan

    service level agreement

    Dalam Service Level Agreement (SLA), penalti atau sanksi berfungsi untuk memastikan bahwa penyedia layanan memenuhi komitmen yang telah disepakati. 

    Jika penyedia layanan gagal memenuhi standar kinerja yang tercantum dalam SLA, klien berhak mengenakan penalti sebagai bentuk kompensasi atau insentif untuk perbaikan. 

    Penalti ini dirancang untuk mendorong penyedia layanan agar selalu memberikan kinerja terbaik dan menjaga kualitas layanan sesuai dengan harapan pelanggan. 

    Berikut adalah beberapa jenis penalti yang umumnya dapat dikenakan oleh klien kepada penyedia layanan jika mereka tidak memenuhi persyaratan SLA:

    1. Kompensasi Finansial
      Salah satu penalti yang paling umum adalah pemberian kompensasi finansial, di mana penyedia layanan harus membayar sejumlah uang kepada klien jika gagal memenuhi target SLA, seperti waktu respons atau waktu pemulihan yang disepakati.
    2. Pengurangan Pembayaran atau Diskon
      Jika penyedia layanan tidak dapat memenuhi SLA, klien dapat mengurangi pembayaran atau memberikan diskon untuk periode layanan yang terpengaruh. Ini bisa berlaku jika layanan tidak tersedia sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
    3. Pemberhentian Layanan atau Kontrak
      Dalam kasus yang lebih serius, klien dapat mengenakan sanksi berupa pemberhentian layanan atau pemutusan kontrak sebelum waktunya. 

    Hal ini biasanya berlaku jika penyedia layanan terus-menerus gagal memenuhi kewajibannya atau jika gangguan layanan sangat berdampak pada operasional klien.

    1. Perpanjangan Waktu Pemulihan
      Jika penyedia layanan gagal dalam memenuhi waktu pemulihan yang disepakati dalam SLA, klien bisa meminta perpanjangan waktu pemulihan atau penggantian biaya untuk dampak yang ditimbulkan akibat downtime atau gangguan layanan.
    2. Peningkatan Biaya Layanan
      Beberapa SLA mengatur penalti berupa kenaikan biaya layanan jika penyedia layanan tidak memenuhi standar yang telah disepakati.

    Hal ini dapat mencakup biaya tambahan untuk mempercepat penyelesaian masalah atau untuk layanan tambahan yang diberikan untuk mengkompensasi kekurangan kinerja.

    1. Laporan dan Pemantauan Lebih Ketat
      Sebagai bagian dari penalti, klien mungkin meminta penyedia layanan untuk melaporkan kinerja mereka secara lebih rinci dan lebih sering, serta melakukan pemantauan yang lebih ketat untuk memastikan pemenuhan SLA di masa depan.

    Penalti ini tidak hanya berlaku sebagai hukuman, tetapi juga sebagai alat untuk mendorong perbaikan berkelanjutan dan memastikan bahwa penyedia layanan bertanggung jawab atas kinerja mereka. 

    Dengan adanya penalti yang jelas, kedua belah pihak dapat menjaga kepastian dan transparansi dalam hubungan bisnis mereka.

    Contoh Service Level Agreement 

    service level agreement

    Service Level Agreement (SLA) adalah dokumen yang merinci kesepakatan antara penyedia layanan dan klien mengenai harapan, tanggung jawab, dan standar kinerja yang harus dipenuhi. 

    SLA mencakup berbagai aspek layanan, mulai dari tingkat ketersediaan hingga waktu respons, untuk memastikan bahwa kedua belah pihak memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang diharapkan. 

    Berikut ini adalah contoh elemen yang umumnya terdapat dalam sebuah SLA, yang dapat disesuaikan dengan jenis layanan yang diberikan:

    1. Deskripsi Layanan
      Bagian ini menjelaskan layanan yang akan diberikan oleh penyedia layanan, termasuk cakupan, fitur, dan batasan layanan. 

    Misalnya, penyedia layanan IT mungkin akan mencantumkan jenis dukungan teknis yang tersedia, jam operasional, atau jenis perangkat yang didukung.

    1. Standar Kinerja (Performance Standards)
      Menyebutkan metrik kinerja yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan, seperti waktu respon untuk masalah kritis, waktu pemulihan setelah gangguan, atau tingkat ketersediaan layanan (uptime). 

    Contohnya, SLA bisa menetapkan bahwa layanan hosting harus memiliki uptime 99,9%.

    1. Waktu Respons dan Waktu Penyelesaian
      SLA harus mencantumkan waktu maksimum yang dibutuhkan untuk merespons atau menyelesaikan masalah. 

    Sebagai contoh, untuk layanan dukungan pelanggan, penyedia mungkin berkomitmen untuk merespons tiket dalam waktu 1 jam dan menyelesaikan masalah dalam waktu 24 jam.

    1. Tanggung Jawab Penyedia dan Klien
      Bagian ini menguraikan kewajiban masing-masing pihak dalam menjalankan layanan. 

    Penyedia layanan mungkin bertanggung jawab atas pemeliharaan sistem dan pemulihan data, sementara klien bertanggung jawab untuk memberikan akses atau informasi yang diperlukan.

    1. Prosedur Pemantauan dan Pelaporan
      SLA mencakup bagaimana kinerja layanan akan dipantau dan dilaporkan. 

    Biasanya, penyedia layanan diminta untuk memberikan laporan kinerja secara rutin, seperti laporan bulanan tentang uptime atau hasil survei kepuasan pelanggan.

    1. Penalti atau Sanksi
      Jika penyedia layanan gagal memenuhi SLA, maka penalti atau sanksi akan dikenakan. 

    Misalnya, jika tingkat uptime tidak tercapai, klien bisa menerima kompensasi finansial atau pengurangan biaya layanan.

    1. Ketentuan Penyelesaian Sengketa
      Bagian ini menjelaskan bagaimana sengketa terkait SLA akan diselesaikan, misalnya melalui mediasi atau arbitrase, dan siapa yang akan bertanggung jawab atas biaya penyelesaian tersebut.
    2. Durasi dan Pembaruan SLA
      SLA juga mencakup durasi kesepakatan (misalnya, kontrak tahunan) serta prosedur untuk memperbarui atau mengubah SLA jika diperlukan berdasarkan evaluasi kinerja atau perubahan kebutuhan layanan.

    Dengan contoh-contoh elemen ini, SLA memberikan dasar yang jelas untuk memastikan kedua belah pihak memiliki pemahaman yang sama mengenai layanan yang diberikan dan apa yang diharapkan dari masing-masing pihak. Hal ini membantu menjaga hubungan yang transparan dan saling menguntungkan antara penyedia layanan dan klien.

    Perbedaan SLA dan KPI

    Meskipun Service Level Agreement (SLA) dan Key Performance Indicator (KPI) keduanya digunakan untuk mengukur kinerja, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dalam konteks dan tujuan penggunaannya. Memahami perbedaan antara keduanya penting untuk mengelola kinerja dan menetapkan ekspektasi yang jelas dalam bisnis. Berikut adalah perbedaan utama antara SLA dan KPI:

    1. Definisi dan Fokus
      • SLA adalah perjanjian formal antara penyedia layanan dan klien yang mendefinisikan standar layanan yang harus dipenuhi, seperti waktu respons atau tingkat ketersediaan.
      • KPI adalah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu organisasi atau individu dalam mencapai tujuan atau sasaran tertentu. KPI dapat mencakup berbagai aspek, seperti produktivitas atau kepuasan pelanggan.
    2. Tujuan Pengukuran
      • SLA bertujuan untuk memastikan bahwa penyedia layanan memenuhi ekspektasi klien dalam hal kualitas dan ketepatan waktu layanan.
      • KPI bertujuan untuk mengevaluasi dan memonitor kinerja secara keseluruhan dalam berbagai area operasional, baik internal maupun eksternal.
    3. Penggunaan dan Aplikasi
      • SLA digunakan khusus dalam konteks hubungan bisnis antara penyedia layanan dan klien. SLA lebih bersifat kontraktual dan biasanya mengikat secara hukum.
      • KPI digunakan lebih luas dalam berbagai konteks organisasi, seperti departemen pemasaran, penjualan, atau operasional, untuk mengukur pencapaian tujuan internal.
    4. Pendekatan dan Kontrol
      • SLA sering kali disertai dengan penalti atau sanksi jika standar yang ditetapkan tidak dipenuhi.
      • KPI tidak selalu memiliki penalti langsung, meskipun pencapaian yang buruk dapat mempengaruhi evaluasi kinerja atau hasil organisasi.
    5. Jenis Pengukuran
      • SLA biasanya berfokus pada aspek spesifik dari layanan, seperti uptime, waktu respons, atau tingkat kepuasan pelanggan yang terkait langsung dengan kontrak.
      • KPI lebih beragam dan dapat mencakup berbagai jenis metrik, seperti volume penjualan, biaya operasional, atau kepuasan karyawan.

    Coba demo gratis yang dimiliki oleh EQUIP ERP sekarang

    DemoGratis

    Tingkatkan Kualitas Service Level Agreement Perusahaan Anda dengan Menggunakan Software Milik EQUIP

    Mengelola dan memantau Service Level Agreement (SLA) secara efektif membutuhkan alat yang tepat untuk memastikan semua standar layanan dapat dipenuhi dengan akurat dan efisien. 

    Salah satu cara terbaik untuk mengoptimalkan pengelolaan SLA di perusahaan Anda adalah dengan memanfaatkan CRM (Customer Relationship Management) software dari EQUIP

    Dengan berbagai fitur canggih yang dimilikinya, aplikasi CRM EQUIP tidak hanya membantu dalam mengelola hubungan dengan pelanggan, tetapi juga menyediakan alat yang sangat efektif untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja sesuai dengan SLA yang telah disepakati.

    CRM EQUIP memberikan solusi berbasis cloud yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, memungkinkan perusahaan untuk selalu terhubung dengan pelanggan serta memastikan bahwa setiap aspek layanan yang dijanjikan tercapai dengan baik. 

    Berikut adalah beberapa fitur utama dari CRM EQUIP yang dapat membantu perusahaan Anda dalam meningkatkan kualitas SLA:

    1. Manajemen Saluran Penjualan 
    2. Loyalty point 
    3. Proyeksi target penjualan 
    4. Customer profiling filters
    5. Leads management integration
    6. Analisis CRM lengkap 

    Dengan menggunakan CRM EQUIP, perusahaan Anda dapat tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam memenuhi SLA, tetapi juga meningkatkan transparansi dan komunikasi dengan pelanggan. Kemampuan untuk melacak, memonitor, dan menganalisis kinerja secara real-time akan memperkuat hubungan bisnis dan memastikan bahwa setiap layanan yang diberikan memenuhi ekspektasi dan standar yang telah disepakati.

    SkemaHarga

    FAQ


     

    SLA (Service Level Agreement) adalah bagian dari kontrak yang mengatur standar dan kualitas layanan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan, seperti waktu respons atau ketersediaan sistem. Kontrak, di sisi lain, mencakup aspek yang lebih luas, seperti tanggung jawab, pembayaran, dan hak-hak kedua pihak dalam hubungan bisnis.


     

    Ya, SLA dapat mengikat secara hukum jika tercantum dalam kontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak. Meskipun fokus utamanya pada kualitas layanan, SLA memiliki kekuatan hukum dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menuntut pemenuhan layanan atau menggugat jika ada pelanggaran terhadap ketentuan yang disepakati.


     

    Jika SLA rusak, pihak yang dirugikan dapat mengajukan klaim atau tuntutan berdasarkan ketentuan yang ada dalam kontrak. Biasanya, SLA mencantumkan sanksi atau penalti, seperti pengurangan pembayaran atau perbaikan layanan tanpa biaya tambahan, sebagai bentuk kompensasi atas ketidakpenuhan standar yang disepakati.

    Artikel Terkait

    Baca Juga

    Forbes
    Hospitality Product

    Sistem ERP EQUIP menyederhanakan proses bisnis kami mulai dari pengadaan hingga pengiriman barang.

    Coba Gratis
    One Mart
    Supermarket

    Dengan software EQUIP, kami bisa dengan mudah menyelesaikan setiap pesanan hanya dalam hitungan menit.

    Coba Gratis
    Bee Choo
    Beauty Treatment Product

    EQUIP memudahkan pengelolaan inventaris, keuangan, penjualan, pembelian di satu sistem sehingga mudah dilacak.

    Coba Gratis
    Icon EQUIP

    Gabriella
    Balasan dalam 1 menit

    Gabriella
    Ingin Demo Gratis?

    Hubungi kami via WhatsApp, dan sampaikan kebutuhan perusahaan Anda dengan tim ahli kami.
    628111775117
    ×

    Gabriella

    Active Now

    Gabriella

    Active Now